Bahagia Itu Tidak Sederhana

Dengan sangat terpaksa saya mengambil jalan ini, jalan untuk menjauh dari dirinya. Bukan karena ingin memutuskan silaturrahmi atau apa, tapi saya jenuh saya bosan di anggap terus menerus berharap padahal rasa berharap itu sudah saya simpan rapat rapat.

Memang iya beberapa hari yang lalu pernah agak sedikit ada rasa berharap itu tapi entah dating dari mana rasa itu hingga saat ini hingga detik ini saya tutup rapat rapat saya buang rapat rapat rasa berharap itu.

Mungkin sepintas ada pertanyaan mengapa bisa segampang itu, mengapa bisa secepat itu? Jawabannya saya pun tidak tahu jelas kenapa, tapi puncaknya ketika saya tahu kalau saya di kira mengharap dirinya akan kembali menyukai saya ketika saya memberikan suatu atau apapun itu. Kemudian, saya seolah olah di anggap tidak ada ketika di satu social media dia melewatkan begitu saja apa yang saya tulis tetapi teman teman dia lainnya sangat mendapat jawaban yang baik.

Ya, ini memang akhirnya saya menyerah. Saya tidak bisa berbuat lebih walau hanya ingin berbuat baik walau hanya ingin melindungi walau hanya ingin mengayomi.

Saya tahu ini sulit tapi bukan tidak mungkin saya mulai untuk tidak sama sekali ingin mengetahui apapun tentang dirinya walau hanya mungkin tentang kabarnya bagaimana.

Untuk saat ini rasa takut dia menganggap saya masih mengharapkannya lebih besar dari rasa sayang dari rasa peduli dari rasa ingin melindungi apalagi rasa cinta, rasa itu sudah lama hilang mungkin.

Memang bukan jatah saya untuk bahagia, bahagia melihatnya tersenyum bahagia mendengar dia mendapat sesuatu yang baik. Ini memang pahit tapi mau tidak mau saya harus menjalani saya harus menerima, kalau di mata dia saya tidak ada saya bukan apa apa.

Sekarang menjadi sangat lengkap, karena lebih dulu saya sudah mulai menjauh dari seorang yang dulu terlihat seperti peduli terhadap saya ketika saya masih berada di negara orang dan ketika saya pulang ternyata saya merasa di bohongi, orang itu sekarang masih ada di kampung halamannya sedang libur kuliahnya katanya.

Kemudian yang terakhir dia, dia yang dulu apapun keadaanya saya sangat peduli saya sangat menyayangi setidaknya sebagai saudara seagamam dia yang sangat ingin saya lindungi tapi mau tidak mau saya harus menjauh darinya bukan karna apa tapi karna itu, karna dia masih tetap menganggap saya masih mengharapkannya padahal tidak sama sekali.


Itulah hidup, itulah realiatas. Pahit memang pahit tapi saya harus tetap menjalaninya.

Bahagia itu tidak sederhana.

Comments

Popular posts from this blog

Menjadi Umat Yang Berdzikir

Ketahui, Pahami, Dapatkan

Shape of My Heart